Selasa, 03 Juli 2012

MENYIKAPI TAHUN PEMBELAJARAN BARU

Tahun ajaran baru 2012/2013 sudah diambang pintu. Hal ini akan mengingatkan kita kembali pada tahun-tahun sebelumnya.  Pergantian tahun ajaran selalu menyisakan cerita kesusahan orang tua. Orang tua siswa khususnya keluarga menengah ke bawah sering mengeluh karena besarnya biaya yang mesti dikeluarkan pada setiap tahun ajaran baru. Terlebih lagi bagi yang mempunyai anak lebih dari 2 orang yang sedang di bangku sekolah.
Sangat disayangkan, jika siswa yang masih berada pada usia wajib belajar tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya dengan alasan orang tua kekurangan biaya.  Atau, sangat disesalkan bila siswa terancam putus sekolah (drop out) karena orang tua kesulitan untuk membiayai pendidikan anaknya.
Seperti diketahui, pemerintah sudah menetapkan wajib belajar 9 tahun sejak belasan tahun silam. Minimal seorang anak mendapat pendidikan minimal sampai jenjang SMP sederajat. Beberapa tahun ke depan, pemerintah akan mencanangkan wajib belajar 12 tahun. Minimal anak dapat menamatkan pendidikan SMA sederajat. Berita ini tidak asing lagi di telinga kita.  Hal ini membuktikan betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan anak dan bangsa Indonesia.
Menyikapi tahun ajaran baru 2012/2013 sesuai dengan peranan masing-masing. Bagi siswa sendiri, tahun ajaran baru sudah semestinya disikapi dengan kesederhanaan. Tidak mesti diawali dengan perangkat dan keperluan sekolah yang serba baru. Jika masih ada dan layak pakai perangkat dan keperluan sekolah tahun sebelumnya, alangkah bagusnya digunakan lagi pada tahun ajaran ini. Sikap sederhana ini merupakan buah dari pendidikan karakter di sekolah.
Bagi orang tua siswa, tentunya tidak ada istilah menyerah untuk melanjutkan pendidikan anak ke tingkat kelas atau ke jenjang pendidikan berikutnya. Orang tua menyadari bahwa, pendidikan anak merupakan investasi terbesar dalam keluarga. Sebagai investor pendidikan, orang tua akan merasakan hasilnya di kemudian hari, minimal kebanggaan atas keberhasilan mendidik putra dan putri mereka.
Bagi pihak sekolah, tentulah memiliki analisa dan pertimbangan tertentu  untuk menetapkan keperluan belajar yang berkaitan dengan uang. Sebaliknya, pihak pemerintah dan masyarakat yang peduli dengan pendidikan diharapkan dapat mengambil ancang-ancang kembali untuk menyediakan beasiswa dan bantuan lainnya guna menunjang kelancaran pendidikan anak.***
Sumber : Swara Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar